Selasa, 22 September 2009

**** KAMPUS PERJUANGAN ****

Kampusku… Rumahku
Kampusku …Negeriku.
Kampusku …..Perjuanganku…
Kampusku….. Kebebasanku.

Disana..Aku dibina
Menjadi Manusia Dewasa
Tapi kini apa yang terjadi
Aku terpaksa masuk NKK( normalisasi kehidupan kampus product orde baru).

Berjuta rakyat, menanti tanganmu
Mereka lapar dan bau keringat…
Kusampaikan salam-salam kelaparan
Kami ini cinta RAKYAT Indonesia.

Kaumku Mahasiswa, Dimanapun Engkau berada….
Satukanlah perjuangan kita….
Membela kaum yang lemah

Tapi lihatlah apa yang terjadi…
Mataku buta , mulutku terkunci
Kusampaikan salam-salam perjuangan..
Kami ini cinta NEGERI Indonesia.

**** BERSATULAH ****

Satukanlah dirimu semua…
Seluruh rakyat , Senasib serasa…
Susah senang dirasa sama….
Bangun………..Bangun….. segera……..

Satukanlah gerai jemarimu…
Kepalkanlah dan jadikan tinju…
Bara lapar jadikan palu….
Tuk pukul lawan tak perlu meragu…

Pasti menang, harus menang
Rakyat berjuang…..
Pasti menang, harus menang
RAKYAT MERDEKA.
Pasti menang, harus menang
BERSAMA BARA-NI.

Hari terus berlalu, Haruskah kalah lagi
Sang penindas harus pergi…….
Untuk hari esok , yang lebih baik………..

Jangan mau ditindas
jangan mau dijajah…….
Jiwa dan pikiran kita……
Untuk hari esok , yang lebih baik……..

Pasti menang, harus menang
Rakyat berjuang…..
Pasti menang, harus menang
RAKYAT MERDEKA.
Pasti menang, harus menang
BERSAMA BARA-NI.

**** DARAH JUANG ****

Disini negeri kami tempat padi terhampar …
Samuderanya kaya raya, negeri kami subur tuhan.

**Dinegeri permai ini , berjuta rakyat bersimbah duka.
Anak kecil tak sekolah, pemuda desa tak kerja…..
MEREKA dirampas haknya, tergusur dan lapar….
BUNDA relakan darah juang kami, Tuk bebaskan negeri…..

**Dinegeri permai ini , berjuta rakyat bersimbah duka.
Anak kecil tak sekolah, pemuda desa tak kerja…..

ME….REKA dirampas haknya, tergusur dan lapar…..
BU….NDA relakan darah juang kami, Padamu kami mengabdi.

SETIAP ORANG ADALAH BERGUNA DALAM GERAK PERUBAHAN

BAGI “ REVOLUSI
TIDAK ADA ORANG YANG MENGANGGUR, TIDAK ADA ORANG YANG TIDAK BERGUNA ATAU TIDAK MAMPU ( CACAT ), TIDAK ADA TALENTA YANG TIDAK BERMANFAAT. SETIAP ORANG PUNYA HAK DAN KEWAJIBAN UNTUK AMBIL BAGIAN DALAM PERJUANGAN BERSAMA UNTUK MENGUBAH MASYARAKAT DAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA ALAM UNTUK KEBAIKAN MASYARAKAT . (Samora Matchel )

WHO IS KADER ?



KADER ………...ADALAH MEREKA
YANG TELAH TERUJI DALAM PENYANGKALAN KEPENTINGAN PRIBADINYA DAN TOTALITAS BERGERAK UNTUK KEPENTINGAN RAKYAT. ( BARA-NI organization)

ORGANISASI PERGERAKAN YANG STRATEGIS

ORGANISASI GERAKAN YANG DIHARAPKAN

BARA-NI ( Barisan Anak Rakyat - Nias ) merupakan kreasi aktif dari emosional dan dialektika pergerakan itu sendiri dalam berjuang , berwatak dan bersama dengan rakyat. Keberadaanya harus diakui merupakan organ pelopor di pulau Nias yang telah dan sangat diharapkan menjadi organisasi besar, solid dan tulang punggung kekuatan rakyat di Pulau Nias pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Barisan Anak muda ini haruslah memasuki fase kedewasaanya menjadi Barisan Rakyat Nias , berpusatkan di Pulau Nias. Maka, terbangunnya organisasi rakyat yang solid,kuat dan mandiri adalah relevan dengan impian di masa lalu dan hanya dengan tekad yang bulat dapat diwujudkan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang , menuju rakyat nias yang adil dan sejahtera.

BARA-NI barangkali akan sangat efektif dalam perannya sebagai organisasi kunci, pusat politik, ekonomi dan sosial budaya rakyat Nias kedepan, tidak lagi hanya sebagai organisasi demonstran ataupun organisasi yang identik dengan mahasiswa /activist mahasiswa Namun tanpa menghilangkan makna dan isinya, organisasi ini sudah harus menjadi activist rakyat, kekuatan rakyat itu sendiri, organisasi massa rakyat yang mampu dan menjadi pusat konsolidasi politik elemen – elemen pergerakan yang akan dibentuk ( mahasiswa, petani,buruh, nelayan, becak , pedagang dll )
BARA-NI dalam strategi organisasisnya harus sudah mampu melibatkan rakyat diberbagai pelosok kecamatan – desa di pulau Nias.Dengan ini, diharapkan pembasisan dapat lebih efesien dan efektif . Dengan metode pembasisan hingga ketingkat kecamatan dan pelosok desa maka diharapkan akan memberikan ruang bagi kaum muda untuk berlatih kepemimpinan serta mampu menempa integritasnya dalam perjuangan bersama dengan rakyat diseluruh pelosok tanah Nias. Untuk hal tersebut pendamping – pendamping sebagai penegak garis revolusioner haruslah dipersiapkan juga agar organisasi tidak terjebak dalam semangat birokratisasi , persatuan serta kepentingan non organisasi.

Barangkali tidaklah terlampau berlebihan jikalau Nias dimasa yang akan datang dapat menuntut hak pengelolaan dirinya dengan lebih maksimal. Pulau yang terlepas dari daratan pulau Sumatera ini letak geografisnya dikelilingi oleh lautan dan memiliki keunikan sumber daya alam tersendiri yang jauh berbeda dengan wilayah lainnya di pelosok Indonesia. Nias memiliki suku bangsa/keturunan dengan bahasa Nias sebagai bahasa umum di kepulauan ini. Nias sangat sedikit disebut-sebut dalam sejarah kemerdekaan nasional, Siapakah pahlawan nasional dari Nias yang terkenal ? Agama mayoritas 99 % adalah Kristen. Berikut keunggulannya yang sangat luar biasa adalah keterisolirannya dan ketertinggalannya dengan caruk maruk modernitas itu sendiri, sehingga penduduk masih banyak yang tidak mengerti bahasa Indonesia. Jikalau pulau dengan suku bangsa yang unik ini tidak dapat diurus oleh pemerintah bahkan sebaliknya hanya sebagai tempat jin buang bayi, buang aparat dan sebagainya maka barangkali BARA-NI sebagai kekuatan rakyat sudah dapat memilih untuk menentukan nasib sendiri dengan jumlah populasi 697.592 ribu jiwa dimasa yang akan mendatang.

KONDISI PERGERAKAN

“Kaum pergerakan selalu akan memiliki, menciptakan , mewujudkan dan mengisi serta menempati dunianya sendiri.”



Dari masa ke masa, sejarah pergerakan memiliki keistimewaan untuk melahirkan kreasi dan daya cipta yang tinggi , berpengaruh terhadap peradaban dan realitasnya memiliki efek politik yang sangat menentukan digenerasi berikutnya atau dimasa keberadaanya minimalnya tergoreskan menjadi catatan untuk dikenang. Komunitas dengan ruang besar Negara adalah kreasi dari sejarah pergerakan itu sendiri. Demikian halnya NKRI adalah alkumulasi kreasi dari semangat pergerakan akan nasional Indonesia. Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Sisingamangaraja, Pattimura, Cut nyak Dhien, dan para pejuang lainnya di masa perang kemerdekaan memberikan makna perjuangan serta efek kreasi pergerakan di setiap masyarakat dimana mereka bergerak..

Sejarah pergerakan di Indonesia masih sangat terlampau gelap dan bahkan sengaja diabaikan. Tidak menjadi catatan penting bagi para pengisi kemerdekaan dimasa kini, olehnya cerita perjuangan kaum pergerakan seakan berupa onggokan sejarah usang bagi pemerintah yang tak patut dilihat , diraba, didengar dan ditangkap makna terdalamnya. Sangat naïf, jikalau mencampakkan sejarah oleh karena masa depan adalah oleh Karena masa lalu, maka tak heran bangsa yang tak pernah menghargai sejarah adalah bangsa yang tak akan pernah maju . Sejarah perjuangan negeri ini terputus dan tak terungkap tuntas sebaliknya dibungkus dengan rapi untuk kepentingan politik oleh segelintir rezim yang ingin terus berkuasa , merompak dan menikmati berbagai kekayaan daerah dari berbagai pelosok tanah air Indonesia , maka kita tidak heran disintegrasi NKRI akan menjadi cerita bersambung yang menarik di seantero kepulauan indonesia.

Negeri Indonesia ini dibingkai dengan sangat baik oleh para pejuang terdahulu, seluruh kepulaun dirangkai menjadi kesatuan yang indah dalam nama NKRI, berbagai jong-jong dengan semangat kedaerahan disatukan dalam semangat nasionalisme perjuangan Indonesia merdeka adil dan sejahtera. Tahun 1945 terakumulasilah daya kreasi kaum pejuang pergerakan dipimpin oleh Soekarno dan Bung Hatta “ Indonesia Merdeka “ . Di tahun 1965 atau 20 tahun setelah negeri ini di merdekakan terjadilah pergantian di kursi kekuasaan puncak Negara Indonesia. Jenderal Soeharto menjadi pemain utama dan menjadi presiden ke-2 setelah Soekarno.Tidak hanya pergantian kekuasaan tetapi pembantaian besar-besaran terhadap umat manusia juga terjadi setelahnya . Komunis atau PKI ataupun ajaran Marxisme menjadi momok atau barangkali hantu yang sangat menakutkan bagi rezim ini, ada apa ? dan disebarluaskan diseluruh pelosok negeri dengan menggunakan fasilitas kekuasaan, politik yang telah direbut dari tangan presiden Soekarno. Jutaan rakyat Indonesia menjadi korban kebiadaban politik kekuasan, sejarah baru terbangun kembali . Cerita ini telah menjadi dongeng disetiap tidur bahkan membubui hingga kedunia pendidikan tak terkecuali TK sampai dengan Perguruan Tinggi. Lebih ramai versinya dari pada masa perang kemerdekaan dengan semboyan “ hidup atau mati “. 32 Tahun Soeharto memimpin negeri ini ( lebih lama dari pada Soekarno ) telah memberikan daya kreasi tersendiri juga terutama dalam mengisi kemerdekaan dengan konsep pembangunan-ismenya dan konsep ekonomi tirkle down effect ( efek ekonomi menetes kebawah ) atau Top Down Economic.Tak terkecuali di bidang politik dan sosial maka kisah anti bau Marx atau Komunis atau kiri telah menjadi strategi jitu Soeharto untuk lepas dari baying-bayang nama besar Bung Karno, stigma bagai hantu diseluruh Indonesia . Sehingga di jaman Soeharto ini terjadi pengalihan sejarah , esensi perjuangan kemerdekaan serta pembangunan kekuatan sosial politik anti rakyat dan berlindung dibawah paying Golkar dengan Soeharto sebagai Panglima Gerakannya. Soeharto dengan rezimnya telah berhasil memudarkan semangat pergerakan yang dirintis oleh kaum pergerakan kemerdekaan’45. Isu Komunisme telah menjadi ajang konsolidasi rezim yang efektif serta konsolidasi kaum-kaum feodal , tuan-tuan tanah , kaum borjuis negeri ini semata-mata sehingga sejarah telah tertanggalkan dari isi, makna dan pengorbanannya yang tersisa adalah simbolitas NKRI serta pergantian merah putih yang tak lagi sakral dan suci namun memudar seiring dengan semangat disintegrasi disetiap daerah. Hutang Negara ditanggung oleh rakyat, Imperialisme ekonomi, sosial dan politik perlahan-lahan telah merasuk dan membunuh rakyat di negerinya sendiri. Maka , melawan Soeharto adalah Komunis , tak terkecuali para mahasiswa dan elemen pergerakan lain yang berjuang bersama demi kepentingan rakyat, demikian stigma dan penggelapan sejarah pergerakan yang telah menyimpang sejak rezim Soeharto.

Tahun ’98 menjadi Tahun emosional kaum muda pergerakan yang telah mulai dibangunkan dari tidur lelapnya dalam riak pengelitan mahasiswa sebagai kaum intelektual . Rakyat telah tertindas secara sistematis, Sejarah telah tertanggalkan dari isi, makna dan pengorbanannya, sentralistis politik dan kekuasaan pemerintahan telah meletakkan kekuatan politik dan ekonomi di tangan segelintir elit. Represifnya militer telah membongkar aib, dan menyadarkan kaum pergerakan bahwasannya “ stabilitas negeri dibangun dengan popor senjata tidak dengan kesadaran yang ada. “ Pergantian presiden berikutnya yakni Habibie, Gus Dur dan Megawati tak banyak memberikan kontribusi apa-apa bagi pondasi bangsa yang telah tercerai berai . Para elit ini terlalu memakai bahasa tinggi yang tak dapat dimengerti oleh rakyat, lebih suka berguyon ria ataupun meneriakkan kata demokrasi sebagai topeng kekuasaan tanpa makna kerakyatannya. Alhasil nasionalisme masih sangat semu, “ nation indonesia“ masih berupa seonggok cerita usang, alhasilnya di Tahun 2005 ini Jenderal SBY ( Soesilo Bambang Yudhoyono ) dengan partai demokratnya kini telah menjadi pemimpin negeri amburadul ini yang barangkali juga akan melanjutkan spekulasi politik , gaya dan orientasi ekonomi – politik pada jaman Soeharto , dapat kita lihat dari semangatnya mengamati fluktuasi rupiah terhadap dollar AS sebagai symbol bangsa yang akan tergadaikan , terjual oleh karena produksi rakyat harus dapat dinilai dengan kepentingan dollar AS.

Kaum pergerakan 98 adalah kaum emosional . Cerita pergerakan sejak dan setelah nya adalah tak lebih dari cerita film Robin Hood serta cerita petugas pemadam kebakaran dimana dalam bertugas sering dipadamkan oleh apinya sendiri. Barangkali oleh karena imperialime ekonomi,sosial budaya dan politik yang terlampau merakyat / Turun ke bawah ( turba ) banyak kaum pergerakan juga memilih berintegrasi dengan kekuatan imperialis/komprador ini yakni : sama kerja- sama tidur-dan sama makan . Oleh karenanya sejarah pergerakan di nasional masih sangat terkait dengan iklim feodalisme yang belum tuntas, eksistensi yang berlebihan serta politisasi /sentralistis yang lebih berbau politis dari pada watak kerakyatannya. Sangat sedikit barisan pergerakan yang memilih berjuang bersama dengan rakyat. dan sangat lambat gerak juangnya oleh karena terbentur atau terpadamkan oleh apinya sendiri yakni orientasi ekonomi ( mencari hidup di organisasi ) dan lebih parahnya lagi para kaum gerakan yang sudah mulai punya nama , laik jual juga masih belum lepas dari virus partai bertopengkan demokrasi-feodal yang juga memakai strategi sentralistisme dan top down effect sehingga mereka sering terpeleset kaki dan berbangga diri jikalau sudah menjadi bagian didalamnya.

Perjuangan kaum gerakan sering terputus ditengah jalan seiring dengan kebuntuan organisasinya. Kaum pergerakan lebih sering ditaklukan oleh hidup dari pada menaklukan kehidupan itu sendiri . Organisasi berbau kerakyatan lebih banyak yang tercerai berai sehingga pertinggal bagi mereka adalah baunya , wataknya jangan harap apalagi sama berjuang dengan rakyat ….Utopisan. Persoalan keluarga, gelar akademis, suku, marga , agama masih sangatlah jauh dari retas sebaliknya symbol primordial dan keprimitifan ini sering diekspoitasi menuju singgasana kekuasaan pribadi atas nama partai, komunitas ataupun kelompok. Artinya, kaum pergerakan harus sudah lebih menggorganisir diri, mampu memahami sejarah dan meletakkanya sebagai rambu-rambu control gerakan dalam watak, bahasa dan laku agar tidak lagi menjadi bagian /terjebak dengan lakon oleh orde baru dibawah payung Soeharto agar sejarah dan kemerdekaan bangsa ini dapat dituntaskan dengan elegan sehingga rakyat tidak bingung dan terbodohi lagi. Makna dan isi dari perjuangan tersebut berada di pundak kaum muda yang bersatu dan berjuang bersama rakyat.

……………..Darah, tangis dan ratap telah dikorbankan mengalir diseluruh nadi darah muda kami kembali untuk melanjutkan perjuangan merebut kedaulatan rakyat dari tangan imperialisme walau noda dan maki harus kami terjang oleh karena harus berhadapan dengan bangsa sendiri yang berhati kanibal, bersemangat primitive dan bertopengkan demokrasi.,.

ANALISA POLITIK BARA-NI TERHADAP PEMERINTAHAN YANG BERKUASA HINGGA TAHUN 2005

Kondisi daerah – daerah lain tidak jauh beda kondisinya bahkan lebih mengalami kerusakan, terutama dari segi lingkungan sebagai efek dari developmentalisme ekonomi sebagai kebijakan pemerintah terpopuler. Dengan akal pasar bebas, kini pemerintah telah memiliki alat legitimasi tak berdosa untuk semua kenaikkan harga yang terjadi. Dengan semangat mondernitas, berbagai pemerintah kota telah menata kota dengan semangat metropolitanisme yang terang benderang terutama untuk para elit kota yang terus haus akan prestise, harta dan kemewahan diri. Sementara rakyat penghuni asli yang selalu terlambat kesadarannya tergusur kian kepelosok-pelosok kota .Mata pencaharian utama masyarakat berganti dari petani, nelayan menjadi buruh dipabrik-pabrik ataupun sebagai pekerja di lapangan pekerjaan yang tidak akan pernah dibanggakan oleh anak cucunya di generasi yang akan datang seperti PT . Indorayon/ TPL ( Toba Pulp Lestari ) di Porsea dan PT.Newmonth di Sulawesi. Pemerintah yang perkasa dan modern memaksa untuk menerima efek dari fluktuasi melemahnya rupiah terhadap dollar dengan cara menaikkan harga BBM yang otomatis diikuti dengan kenaikan harga lainnya terutama harga sembako. Parahnya , masyarakat telah mengamini ini sebagai takdir olehnya masyarakat kini harus terus menanggung beban hidup yang terus memberat sementara berbagai lapangan pekerjaan semakin menjauhkan diri. Berbagai kebijakan ekonomi telah menciptakan jurang perbedaan yang mencolok antara yang miskin dan yang kaya dan bahkan semakin memberi peluang bagi yang kaya untuk terus bereksistensi merompak dan menumpuk kekayaanya tanpa pernah memperhatikan lingkungan sosial kemasyarakatan sekitarnya dan hal ini juga telah diamini oleh pemerintah .

Di bidang sosial politik, moment Pemilu Nasional dan pilkada di berbagai kabupaten ataupun kota hanya menjadi moment agenda politik yang kian melukai hati rakyat dan membunuh demokrasi yang diagungkan itu sendiri. Demokrasi berjalan tanpa makna bagi rakyat. Pemilu dan pilkada daerah/kota hanya menjadi pestanya para penguasa yang sangat membosankan bagi para demokrat sejatinya. Sikap tidak pernah menghargai sejarah perlawanan rakyat dan peradaban suku bangsa oleh pemerintah kini telah menuai hasilnya. Disintegrasi NKRI seakan telah dan tak akan dapat di elakkan . Berbagai penanganan yang keliru hanya membuat semangat disintegrasi semakin berkobar tidak semakin surut . Pemberontakan di Aceh , Papua dan Rakyat Maluku Selatan ( RMS ) dan lepasnya Timur-Timur semakin menjanjikan NKRI hanyalah mimpi di siang bolong. Berbagai kebijakan tidak populis kini telah diagendakan kembali menuju pemasungan rakyat kembali bahkan lebih parah dari pada masa orde baru : salah satunya adalah KEPPRES No.36/2005 yang telah memberikan pertanda bahwasannya pemerintah dapat represif memaksakan kehendaknya dalam memanfaatkan berbagai kebijakan politik untuk menjalankan agenda ekonominya yang tak kurang sama dengan ciri pembangunan pada masa orde baru yakni menggusur paksa rakyat dari tanah dan kehidupannya dengan alasan kepentingan pembangunan ekonomi nasional . Alasan pemekaran jikalau tanpa diikuti dengan pembangunan kesadaran masyarakat hanyalah merupakan spekulasi politik para elit penguasa ekonomi untuk dapat menjarah dan merebut ruang ekonomi dan politik kekuasaan hingga kepelosok-pelosok desa dan para pemodal besarlah yang menuai hasilnya. Kehidupan sosial – politik , hukum dan kemasyarakatan negeri ini bertuhankan pemodal dan berperadaban culas , primitive dan menaifkan diri. Tidaklah mengherankan bahasa demokrasi serta keintelektualan yang ada ( topeng ) tak dapat ditangkap maknanya oleh rakyat karena kata dan laku yang berbeda .

Peristiwa Tsunami dan Gempa ditahun 2005 yang tak dapat dielakkan dan ditambah dengan naikknya berbagai bahan-bahan sembako sebagai konsekuensi kebijakan menaikkan BBM oleh pemerintah telah sangat-sangat menyengsarakan seluruh rakyat diberbagai pelosok tanah air, tak terkecuali rakyat Nias dan Aceh . Telah dapat dipastikan tanpa penanganan yang serius, sifat bantuan ataupun kompensasi yang diberikan hanya akan semakin meninabobokan rakyat dan melahirkan ekonomi semu atau ketergantungan ditengah-tengah masyarakat .

ANALISA PERGERAKAN oleh BARA-NI TH.2000-2005

KONDISI SUBJEK BARA-NI


BARA-NI sebagai kelompok ataupun komunitas pergerakan perlawanan pro rakyat dan telah exist selama lima tahun, setengah dasawarsa harus diakui telah mengalami fase berkelompok serta dialektika pergerakan dengan ciri khas sebagai kelompok dengan semangat kolektivitas pergerakan yang tinggi. Jumlah anggota yang terus bertambah melalui pelaksanaan pendidikan politik (Dikpol) s/d 200-an dan tersebar diberbagai titik kecamatan di pulau Nias, menuntut pengoorganisasian yang solid dan rapi serta efesien dan efektif. Di sisi lain, kader-kader organisasi juga membutuhkan kepastian gerak yang efektif sesuai dengan dinamika perannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan rakyat yang ada. Degradasi perwatakan/ garis organisasi juga telah sangat jelas di hadapan mata dimana jikalau dibiarkan maka, penyimpangan ke arah Anti Rakyat alias politik kepentingan akan mencorengkan peradaban gerakan yang telah susah payah dibangun.

BARA-NI tidaklah organisasi persatuan biasa laiknya organisasi lain yang hanya tahu bersatu. BARA-NI adalah organisasi gerak, organisasi perjuangan yang lahir dari rahim rakyat. Olehnya, perlawanannya terhadap segala penindasan yang ada adalah mutlak. Keintegrasiannya hingga ke detak jantung rakyat adalah prinsipnya maka, hidup merakyat atau pro rakyat : sama sependeritaan dan sepenanggungan adalah nasionalisme sejatinya. Berjuang dari, oleh dan untuk rakyat adalah wataknya.
Menjadi anggota BARA-NI adalah pilihan, berangkat dari solidaritas atau nasionalisme perjuangan yang telah diterima, dimengerti dan siap untuk memperjuangkannya. Maka pada dasarnya menjadi anggota organisasi ini memiliki ritual tersendiri atau biasa kami sebut dengan pendidikan politik (dikpol) sebagai wadah penuntasan awal pemikiran calon anggota BARA-NI. Adapun dikpol-dikpol yang telah dilaksanakan adalah sbb ( data sementara ) yakni : Dikpol di Medan, Dikpol di Gunung Sitoli (Mandrehe) dan Dikpol di Telukdalam total ada 200 orang.

Secara kepengurusan, BARA-NI belum memiliki struktur atau pemusatan gerak yang sesungguhnya. COB atau Sentral Organisasi BARA-NI merupakan struktur inti pengurus organisasi/CC/pusat organisasi. Sampai dengan saat ini, BARA-NI memiliki 2 COB yakni di titik Medan dan Nias (Gunungsitoli) manakah yang memiliki struktur tertinggi ? Atau struktur puncak/pusat BARA-NI ? Belum ada diatur. Dari pengalaman yang diperoleh, BARA-NI di Gunungsitoli memiliki ketergantungan yang tinggi (patron) akan ide, gagasan, pemikiran gerakan dengan BARA-NI dari Medan/ kurang memiliki kepercayaan diri. Padahal, seharusnya Nias/ Gunungsitoli adalah pusat penentu gerakan oleh karena menganut garis massa dimana kekuatan Rakyat Nias yang riel adalah sangat menentukan dalam upaya perubahan-perubahan yang dituntut atau diwujudkan.

Menjunjung tinggi sikap kolektivesme adalah gerak yang elegan, budaya sosial yang dapat mengikis sikap individualisme dan otoritarian dalam suatu organisasi. Perkembangan organisasi harus diiringi dengan pengelolaan organisasi yang tinggi termasuk kepemimpinan, administrasi dan aturan main yang lebih efesien sehingga mudah di artikulasikan oleh anggota pengurus dan massa organisasi. BARA-NI yang hanya berlandaskan statuta/konsep pastilah tidak lagi relevan untuk kondisi saat ini sehingga formula atau aturan main yang lebih efesien,efektif bagi pencapaian visi organisasi harus lah sudah mulai dipikirkan kembali bersama oleh para kader organisasi ini.

Dalam kondisi ketercerai-beraian para kader organisasi tanpa control dan tanpa arah yang jelas hanyalah akan memperlambat laju pencapaian visi organisasi tersebut. Barangkali jiwa-jiwa individualisme ataupun kepentingan anti rakyat akan mudah mengganti watak kerakyatan dan arah organisasi rakyat yang telah dikomitmenkan bersama sebelumnya. Kondisi tersebut hanyalah menciptakan organisasi menjadi lemah kalau tidak menjadi borok bagi penindasan-penindasan baru yang akan muncul. Sementara nuansa damai, aman dan sentosa yang semu akan terus dikumandangkan sebagai simbol berhasilnya pembangunan di pulau Nias oleh para elit yang merasa sudah sangat nyaman kesejahteraan kekuasaanya diatas penderitaan rakyat yang terus dijadikan objek. Organisasi Rakyat Nias yang solid ( Nias People Movement ) adalah alat menjawab efektif untuk berbagai persoalan yang kini Rakyat Nias alami baik dari segi Politik, Ekonomi, Hukum , Sosial budaya, Pemerintahan dan Pertahanan Keamanan. Hanya perlawanan rakyat Nias yang tanpa akhir dan semesta-lah barangkali yang akan mendidik pemerintahan kini untuk menghargai serta tidak lagi memberikan pembodohan bagi rakyat dan alat efektif pencapaiannya adalah organisasi massa berwatak kerakyatan sehingga gerak penjajahan oleh bangsa sendiri yang didukung system represif dan merompak dapat di eliminir ataupun dikikis. Barangkali sejarah dapat menggoreskan kedepan bahwasannya di luar kepulauan Sumatera: Rakyat Nias telah menciptakan , mewujudkan, menempati dan mengisi dunia sejarah peradabannya sendiri.

SEKILAS MENGENAI BARA-NI

“BARRRRANI………LAWAN !!!!


Itulah pekik yang biasa dikumandangkan kawan-kawan BARA-NI, terutama ketika berada dalam diskusi-diskusi bertemakan pergerakan, tertanamkan sejak permulaan hadirnya kelompok yang saya definisikan kelompok perlawanan ini. Secara History BARA-NI dikumandangkan pertama kali oleh kawan-kawan Mahasiswa terutama yang ketika itu, sedang aktif berkuliah di salah satu Universitas di Jl. Setia Budi yang terletak di Tj.Sari – Medan. Alkumulasi kegelisahan mengenai Kab.Nias ( belum termekarkan Nias Selatan ) yang masih dalam kondisi serba Ter yakni tertinggal, tertindas, terisolir, termiskin ( ter- IDT ) terpinggirkan dan barangkali Ter KKN pada akhir Tahun 2000, menghasilkan demonstrasi-demonstrasi oleh kelompok yang menamakan dirinya BARA-NI (Barisan Anak Rakyat Nias). Secara history kemunculan nama kelompok ini tidak terlepas dari pertumbuhan pergerakan yang dimotori oleh mahasiswa di Medan serta erat hubungannya dengan situasi perpolitikan nasional Indonesia berikutnya. Tak diduga waktu terus bergerak, pergerakan oleh kawan-kawan BARA-NI juga sudah semakin represif /radikal terutama di Nias dan di Sumatera Utara pada umumnya dimana berikutnya turut hadir organisasi sejenis lainnya di berbagai daerah dan kurang lebih berada pada tataran watak yang tak jauh berbeda, yakni : Formaken (Forum mahasiswa kenjahe/Tanah Karo), Barsitt (Barisan Anak Rakyat Sibolga – Tapanuli Tengah) dan Komersil (Komunitas Muda Rakyat Siantar Simalungun) tak terkecuali Komentar ( Komunitas Mahasiswa Tj. Sari) yang juga telah mengalami berbagai dialektika bentuk/nama sejak 98-an. Fase kelompok-kelompok pegerakan arah Tj. Sari ini setelahnya dipenuhi dengan fase perjuangan bersama dengan rakyat. BARA-NI dilihat dari history dan dialektika perkembangannya tidak merupakan kelompok/ organisasi paguyuban dengan landasan etnis, primordial namun merupakan sinthesa terhadap situasi perpolitikan nasional ketika itu yang sangat disadari bahwasanya kebijakan desentralisasi politik kekuasaan akan di ikuti juga dengan desentralisasi politikus/ penguasa (dari pusat ke daerah) yang tentunya daerah secara otomatis akan menjadi ruang potensial untuk penindasan yang diikuti dengan penjarahan besar-besaran hak-hak rakyat oleh mereka para pelaku profit oriented di kursi kekuasan yang notabene besar di jaman SOEHARTO dan tentunya watak anti rakyatnya kurang lebih juga sama dengan beliau tersebut melakukan terjun bebas dari Jakarta menuju daerah menumpang isu desentralisasi kekuasaan dan meniupkan isu putra daerah sebagai isu pelicinnya menuju singgasana kursi kekuasaan Bupati ataupun DPRD. Oleh karenanya BARA-NI secara history dan watak pergolakkannya tidak hanya bergulat di tingkat isu Nias semata-mata tetapi juga telah mengikat diri secara watak dan garis dengan kelompok-kelompok perlawanan yang tumbuh dan berkembang di Sumatera Utara bahkan terhadap kelompok pergerakan muda se-Indonesia sampai dengan saat ini.
Kelompok ataupun komunitas yang memiliki semangat kolektivitas yang tinggi ini juga mengalami pasang surut perkembangan organisasi sebagai mana juga pasang surut militansi pelaku organisasi yang menjadi motor penggeraknya. Menjadi sebuah hal yang menarik : “Mampukah komunitas yang hanya berpegangan pada statuta sebagai ayat-ayat sucinya (garis, metode berkomunitas dan watak pergerakan) bertahan-solid dan mewujudkan Rakyat Nias yang adil dan sejahtera ? Di tengah keberadaanya sebagai komunitas atau kelompok yang diamini sebagai organ pergerakan yang berjuang untuk rakyat kedepan dipulau Nias yang tengah di zalimi kekuatan rakyat-nya ini ?

** STATUTA BARA-NI adalah UUD PERGERAKAN BARA-NI **

STATUTA
KONSEP ORGANISASI BARA-NI
BARISAN ANAK RAKYAT-NIAS
( BARA-NI )Th. 2000


LATAR BELAKANG

Perubahan sosial dalam masyarakat akan selalu mensyaratkan adanya kekuatan yang mampu untuk mengubahnya. Kekuatan ini harus mampu menghancurkan kekuatan penindas sekaligus mempertahankan kemenangan yang dicapai dengan disiplin dan kesadaran kerakyatan. Hal ini sangat dibutuhkan agar kekuatan tersebut dapat dilembagakan dalam sebuah institusi atau wadah dengan maksud agar bisa berjalan atau terorganisir secara jelas dan sistematis sesuai dengan tujuan mulia untuk pembebasan rakyat dari ketertidasan dan penghisapan. Yang terpenting adalah kaum muda menjadi elemen perubah yang radikal dan revolusioner.

Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, pemuda merupakan kekuatan yang selalu berada di barisan terdepan untuk mendorong perubahan. Maka Barisan Anak Rakyat – Nias (BARA-NI) sebagai elemen sosial masyarakat Nias, harus selalu melakukan perubahan yang sangat radikal dan fundamental menggantikan struktur sosial yang lama sesuai dengan gerak progresifitas masyarakat. BARA-NI harus mempunyai kemampuan mempersatukan serta mengoorganisir kekuatan pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap penindasan dan penghisapan yang terjadi di Pulau Nias, serta membangun kekuatan rakyat sejati yang memiliki kesadaran kritis akan ketertindasannya dan melakukan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan penghisapan.

Barisan Anak Rakyat – Nias (BARA-NI) lahir dari rahim keprihatinan akan kemiskinan, pembodohan, ketertinggalan penindasan serta penghisapan yang terjadi di Nias. Keprihatinan ini berkembang menjadi sebuah solidaritas yang berwujud pada langkah perlawanan yang tak pernah mengenal kompromi. BARA-NI merupakan wadah perjuangan Anak-Anak Rakyat Nias yang terpanggil untuk melakukan perubahan di tanah kelahirannya yaitu Pulau Nias (Tanô Niha). BARA-NI sebagai alat perjuangan menuju Nias Baru yang adil, damai dan sejahtera, tanpa penindasan dan penghisapan. BARA-NI sebagai gerbong pendobrak kemapanan dan ketidakadilan.

NAMA ORGANISASI
BARISAN ANAK RAKYAT – NIAS ( BARA-NI )

ARAH DAN TUJUAN BARA-NI
Menjadi sebuah kebutuhan yang sangat mendasar menyatukan seluruh kekuatan Pemuda Nias untuk kemudian menjadi sebuah organisasi yang mampu memahami berbagai persoalan yang terjadi di Pulau Nias dan sekaligus berusaha melakukan perubahan-perubahan yang signifikan yang menyentuh akar permasalahan.

Kita sadar bahwa perubahan sosial dimanapun merupakan rangkaian perjuangan kelas, sebagai elemen penyokong revolusi, maka mau tidak mau BARA-NI diharapkan mempunyai kesiapan-kesiapan untuk menghempang tindakan-tindakan reaksioner yang berusaha menyerang dan melumpuhkan kekuatan rakyat. Karena kaum penindas tidak akan secara sukarela melepaskan kekuatan ekonomi politiknya dan mereka akan menggunakan cara apapun untuk mempertahankannya termasuk dengan kekerasan senjata.
BARA-NI menjadi organ, mempersiapkan anggota dan kadernya untuk selalu siap melakukan mobilisasi massa untuk merespon keadaan politik yang terjadi. Maka dibutuhkan fleksibilitas dari organ ini dengan struktur mobilisasi yang solid dan mempunyai kepemimpinan yang tangguh agar struktur bisa berjalan.

BARA-NI bertugas untuk mengkonsolidasikan kekuatan Pemuda Nias, baik yang ada di pedesaan maupun yang berada di luar daerah (perantauan) yang mempunyai potensi untuk perlawanan. Sebagai organisasi massa, maka BARA-NI melakukan pengoorgnisiran yang meluas dalam teritorial pedesaan dan perkotaan, di Pulau Nias maupun di luar Pulau Nias. Mempersiapkan dan menggoorganisir kantong-kantong massa yang bisa dimobilisasi dalam aksi massa, melakukan pendidikan dan propaganda teori-teori progresif kepada kaum muda. Dengan melakukan pendidikan dan distribusi bacaan, maka dapat diharapkan pemuda mampu memainkan perannya sebagai kekuatan sosial yang mampu berjuang dalam situasi yang baru. Sebagai alat perngoorganisiran tentunya kita diharapkan untuk melakukan pendidikan yang sistematis unutuk membekali anggotanya menjadi alat propaganda dan pengoorgnisiran pemuda lainnya.

ASAS ORGANISASI
Cara pandang dan pedoman kita dalam menganalisa dan praktek-praktek sehari-hari, haruslah mengabdi pada kepentingan rakyat secara keseluruhan. Jadi watak dari asas ini adalah rakyat. Maka keberpihakan ini harus dimulai dari dasar organisasi yang menjadi pedoman dan panduan kita untuk membuat program sekaligus dalam menjalankan program tersebut. Hal ini bertujuan agar gerakan pemuda didorong untuk mendekatkan diri dengan perjuangan rakyat. Maka BARA-NI berasaskan : DEMOKRASI KERAKYATAN.

PRINSIP-PRINSIP DASAR ORGANISASI
Dalam menjalankan roda organisasi prinsip-prinsip yang berlaku secarta keseluruhan disetiap tingkatan dan lini organisasi. Prinsip-prinsip yang melekat di setiap anggota, pimpinan dan organ-organ didalam organisasi :
Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Garis massa

Masa berarti sekolompok orang yaitu bagian dari rakyat yang telah sadar politik, sadar akan ketertindasan serta keharusan untuk melawan. Prinsip garis massa adalah prinsip yang mengatur agar organisasi tidak terjebak pada komandoisme atau kecenderungan untuk bergerak jauh meninggalkan kesadaran politik objektif massa dan situasi politik sehingga organisasi hanya bergerak berdasarkan pikiran-pikiran subjektifnya saja. Massa rakyat adalah tulang punggung dalam perjuangan demokrasi, massa rakyat yang bergerak untuk kepentingan masyarakat juga. Garis massa hanya dimiliki oleh organisasi progresif yang selalu dalam perjuangan bersama rakyat, mendengar jeritan rakyat, menganalisa, menyimpulkan kemudian memutuskan langkah dan gerak yang harus diambil organisasi untuk berjuang bersama rakyat. Maka jelaslah bagi kita bahwa garis massa merupakan perjuangan untuk kepentingan massa rakyat.

2. Displin dan demokrasi

Untuk menjalankan organisasi maka yang utama adalah kesepakatan-kesepakatan yang harus dipenuhi secara displin agar roda demokrasinya dapat berjalan dan menguatkan organisasi. Disiplin harus ditegakkan dan dijalankan oleh setiap anggota. Semua keputusan diambil dalam forum demokrasi berdasarkan musyawarah untuk mufakat atau berdasarkan suara mayoritas. Jika telah menjadi keputusan maka harus dijalankan oleh seluruh anggota walaupun suara minoritas tidak setuju namun iapun harus ikut menjalankan sampai saat ditentukan untuk meninjau ulang keputusan tersebut. Prinsip ini berguna untuk menjaga organisasi tidak terjebak dalam birokratisme dan liberalisme
3. Kolektivisme
Kolektivisme erat hubungannya dengan dengan kepemimpinan, artinya kepemipinan orgnisasi tidak bisa berdasarkan individual namun merupakan kerjasama dalam sebuah kolektif baik di tingkat paling atas maupun bawah. Bahkan setiap anggota yang bekerja di kalangan massa rakyat yang melakukan pengorganisiran hendaknya mengimplementasikan kolektivisme tersebut juga menyangkut pada persoalan sehari-hari anggota. Setiap anggota adalah bagian dari sebuah kolektif atau bahkan lebih dari satu.

4. Kepeloporan
Kepeloporan berarti selalu mengambil inisiatif, merintis atau memulai. Kepeloporan politik berarti minimal orang/ kelompok/ organisasi lain menerima dan mendukung program politik kita. Maksimal orang/ kelompok/ organisasi lain masuk dan menjadi bagian secara organisasi pada organisasi kita. Prinsip kepeloporan juga untuk menjaga agar organisasi tidak terjebak pada kecenderungan buntutisme, yaitu praktek organisasi yang bergerak berada di belakang kesadaran objektif massa dan situasi politik, sehingga keberanian massa rakyat yang harus terpimpin menjadi tidak terpimpin dan mengarah pada anarkhisme. Kepeloporan hanya dimiliki oleh sebuah organisasi yang berisikan anggota yang tertempa secara ideologi dan politik.

5. Kepentingan pribadi di bawah kepentingan orang banyak
Setiap anggota berlatih untuk menetapkan kepentingan pribadi di bawah kepantingan orang banyak atau kolektiv. Kedua kepentingan ini bisa saja berbenturan, tinggal bagaimana persoalan mengatur dan mendahulukan kepentingan kolektiv tanpa harus meniadakan kepentingan individu. Setiap anggota tunduk pada keputusan bersama. Apabila ada yang mengambil langkah sendiri maka dia harus berani mempertanggungjawabkannya pada organisasi atau kolektiv.

Langkah sendiri boleh diambil namun tidak boleh bertentangan dengan keputusan organisasi. Jika langkah yang diambil menghasilkan sesuatu yang salah maka dia harus menerima sanksi organisasi. Dan apabila langkah yang diambil ternyata benar dan menguatkan maka kolektiv harus mengevaluasi dan menjadikan langkah individual tersebut sebagai langkah bersama. Individu berhak melakukan kritik dan bertanggung jawab untuk melaksanakan evaluasi dan oto–kritik.
Organ yang lebih bawah harus tunduk kepada keputusan organyang lebih atas. Dalam periode diskusi, organ yang lebih bawah memberikan masukan berupa laporan penilaian dan evaluasi serta rekomendasi kepada organ yang lebih atas. Organ yang lebih atas menilai dan mengeluarkan rekomendasi. Setelah rekomendasi sudah berupa keputusan dan periode atau masa diskusi berakhir, maka keputusan tersebut diberikan kepada organ yang lebih bawah untuk dilaksanakan.
Organ yang lebih bawah boleh tidak sepakat dengan keputusan organ yang diatasnya tetapi harus melaksanakan keputusan sampai selesai dan dibuka lagi kesempatan diskusi untuk meninjau keputusan tersebut. Organ yang lebih bawah bisa melakukan kritik kepada organ yang diatasnya tetapi juga harus melakukan evaluasi dan oto-kritik. Organ yang lebih bawah boleh dan bisa mengambil langkah-langkah yang berbeda dengan organ yang diatasnya namun tidak boleh bertentangan dan bertanggung jawab pada organ yang lebih atas.

Organ yang lebih atas harus mengambil keputusan melalui laporan penilaian, evaluasi dan rekomendasi dari organ yang lebih bawah. Organ yang lebih atas harus bisa menerima evaluasi dan kritik dari bawah dan meneriman masukan tambahan dari organ yang lebih bawah yang bersifat mempermudah kerja/ keputusan organisasi.

6. Bekerja berdasarkan kerja/ tugas prioritas organisasi dan standar tetap organisasi
Kerja atau prioritas dan standar tetap organisasi adalah srategi dan taktik dalam berorganisasi. Organisasi perjuangan dibangun untuk memberikan arahan-arahan perjuangan politik terhadap situasi politik yang cepat berkembang. Oleh karena itu standar tetap organisasi bersifat mengabdi pada prioritas. Namun standar organisasi harus tetap ada supaya dapat merespon kebutuhan prioritas secara maksimal.
Arti standar organisasi adalah : persediaan yang harus tetap terpelihara dengan disiplin yang ketat. Sebuah organisasi memiliki standar perkembangannya berdasarkan ketetapan-ketetapan yang tertinggi yaitu Rapat Umum Organisasi. Standar mengarahkan aturan-aturan, tata tertib sampai petunjuk pelaksanaan dalam organisasi.

Yang menjadi standar tetap dalam organisasi adalah :
1. Rapat-rapat kepengurusan departemen
2. Mekanisme diskusi, laporan dan instruksi
3. Sistem, silabus dan kurikulum pendidikan
4. Sistem rekrutmen dan syarat keanggotaan
5. Sistem dan level keanggotaan
6. Tugas dan tanggung jawab anggota
7. Pengembangan organisasi

Sedangkan kerja prioritas adalah : sebuah konsentrasi kerja strategis. Kerja prioritas bersifat merespon politik yang cepat dan efisien. Untuk itu organisasi dibangun dan dipelihara.
Prioritas terdiri dari beberapa penggolongan yaitu :
1. Prioritas issue/ tuntutan
2. Prioritas geografis
3. Prioritas sektor
4. Prioritas bentuk perjuangan
5. Prioritas departemen
6. Prioritas momentum

Kerja-kerja prioritas ini seharusnya tidak boleh mengganggu standar tetap organisasi atau sebaliknya. Bahkan antara standar tetap organisasi dan kerja-kerja prioritas adalah saling berdialektis untuk saling menguatkan. Apabila kerja-kerja prioritas ini mengganggu standar tetap organisasi akan mengalami kerusakan di beberapa tempat.
Kerusakan ini akan menghambat perkembangan dan kehidupan organisasi. Apabila standar tetap organisasi menghambat atau tidak bisa melihat kerja dan tugas prioritas yang harus segera dilaksanakan maka organisasi hanya sebuah birokratik yang tidak mampu merespon kebutuhan strategis perjuangan.

7. Tugas, Tanggung Jawab dan Hak Anggota – Kader

1. Anggota

Anggota adalah bagian dari organisasi yang memiliki hak dan tanggung jawab. Terikat pada displin organisasi dan bekerja secara minimal yaitu mebayar iuran anggota, terlibat aktif dalam diskusi-diskusi serta gerakan organisasi

Tugas anggota
1. Mendaftarkan asset dan acces, untuk kemudian diserahkan kepada organisasi
2. Memberikan informasi pada organisasi
3. Menyebarluaskan visi dan misi organisasi
4. Tinggal di dalam basis dan mengkampanyekan kerja-kerja organisasi
5. Melaporkan kerja-kerja dan menjalankan intruksi organisasi
6. Melancarkan tuntutan massa rakyat dengan berbasiskan tuntuntan ekonomi dan politik

Tanggung jawab Anggota :
1. Membayar iuran anggota sebagaimana ditetapkan organisasi
2. disiplin dan patut terhadap prinsip program dan arahan organisasi
3. Menjaga nama baik organisasi

Hak anggota :
1. Mendapatkan pendidikan politik dasar
2. Mengikuti forum diskusi dan pendidikan
3. Mengikuti pertemuan pada tingkat basis

2. Kader
Kader adalah ciri anggota yang terikat pada disiplin dan kerja secara maksimal
Tugas kader:
1. Membayar iuran organisasi
2. Membina dan memberikan diskusi pendidikan pada anggota
3. Membina dan memberikan diskusi pendidikan pada massa rakyat dimana dia tinggal
4. Memimpin organisasi

Hak kader :
1. Mendapatkan buletin dan selebaran reguler
2. Mendapatkan pendidikan politik dasar
3. Mendapatkan pendidikan politik lanjutan
4. Menguti kongres diberbagai tingkatan organisasi


3. Tugas anggota dan kader organisasi ditengah-tengah massa rakyat.
Tugas minimal anggota dan kader di tengah-tengah massa rakyat adalah sebagai AGIPROP (agitasi dan propaganda), yang memprogandakan :
1. Program perjuangan organisasi
2. Keharusan rakyat untuk berjuang
3. Keharusan massa rakyat untuk berorganisasi
4. Keharusan massa rakyat untuk mendukung program perjuangan organisasi
5. Keharusan massa rakyat untuk percaya pada masa depan yang lebih baik yang ada dalam sistem kerakyatan, adil dan demokratis.

BENTUK ORGANISASI
Basis awal dari Barisan Anak Rakyat Nias (BARA-NI) adalah mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari pulau Nias dari berbagai perguruan tinggi di Sumatera Utara. Diharapkan dengan bersatunya mahasiswa asal Nias yang berada di Sumatera Utara akan dapat menjadi pelopor dan pembela gerakan pembebasan rakyat. Karena BARA-NI merupakan organ pemuda revolusioner yang mampu memberikan kepemimpinan pada gerakan pembebasan rakyat tertindas.

Pada awal, bentuk BARA-NI harus mampu menjawab kebutuhan untuk mewadahi anak-anak rakyat menjadi gerakan pendorong terbentuknya organ-organ perjuangan rakyat dari berbagai sektor. Selain itu bentuk organisasi ini harus mampu mewadahi strategi-taktik perjuangan serta harus mampu mewadahi kerja-kerja mobilisasi, pendidikan, bacaan dan manajemen organisasi. Titik sentral adalah manajemen organisasi haruslah mampu menyediakan dana dan logistik dan mengatur agenda-agenda kerja organisasi secara sistematis, teratur dan terncana yang semuanya terarah pada kerja : pendidikan, bacaan dan mobilisasi.

Untuk dapat menjawab kebutuhan mendesak perjuangan rakyat dalam soal mekanisme kerja bentuk organisasi BARA-NI adalah bentuk persatuan, dengan mekanisme sentralisme demokratis yang mempunyai prinsip :
1. Perorangan atau individu berada di bawah organisasi. Artinya setiap perorangan harus berada di bawah kepentingan organisasi, mematuhi konstitusi, program dan keputusan organisasi tanpa pengecualian.
2. Minoritas tunduk pada mayoritas dan organ yang lebih rendah tunduk pada organ yang lebih tinggi. Di samping itu organ yang lebih tinggi harus mendengarkan aspirasi yang berbentuk assesment dan evaluasi dari organ yang lebih rendah.

Kini yang mempertegas adalah posisi-posisi di organisasi yaitu tentang struktur dan badan-badan organisasi yang nantinya dapat bekerja efektif, disiplin dan profesional.

Berdasarkan tuntutan program perjuangan dan strategi-taktik, struktur BARA-NI disusun sebagai berikut :
1. Memiliki forum tertinggi yaitu Kongres yang dilaksanakan 2 tahun sekali
2. Forum di bawah Kongres adalah Majelis Pleno
3. Di bawah Majelis Pleno yaitu Presidium/ Sekretaris Jenderal
4. Pimpinan Institusi/ Wilayah
5. Basis kerja, aktivitas kerja group

Badan-badan dibutuhkan oleh SekJend sebagai kelengkapan kerja yaitu :
1. Divisi Pendidikan dan Pengkaderan
2. Divisi Bacaan dan Dokumentasi
3. Divisi Mobilisasi dan Aksi
4. Divisi Jaringan dan Kampanye
5. Divisi Logistik dan Dana